Jumat, 24 Juni 2016

Tingginya Biaya Produksi - Akuntansi Internasional





Nama Kelompok :

1.      Annisa Zuhrotul Jannah          (20212985)

2.      Herna Setia                             (23212439)

3.      Puspita Ratna Dewi                (25212742)

4.      Rendi Tamsi Pratama              (28212186)

 

Kelas               : 4EB25



Di Era Presiden Jokowi Rupiah Lemah, Ukuran Tempe Makin Mini

KONFRONTASI - Para produsen tahu dan tempe di Kabupaten Pasuruan mulai resah seiring terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Sebab, kondisi itu mengakibatkan harga bahan baku terus merangkak naik. Padahal, saat ini harga kedelai impor tergolong mahal.
Salah satu yang mengeluhkan kondisi itu adalah Zaini, 52, produsen tempe di Kelurahan Gempeng, Kecamatan Bangil. Zaini mengatakan, melemahnya nilai tukar rupiah dipastikan berpengaruh terhadap produksi tahu dan tempe. Sebab, banyak produsen yang menggunakan kedelai impor dari Amerika Serikat.
’’Produsen lebih suka kedelai impor karena lebih mudah dibersihkan. Selain itu, hasilnya lebih mengembang. Tetapi, kalau rupiah terus melemah, ini sangat mengkhawatirkan,’’ terangnya kepada Jawa Pos Radar Bromo, Jumat (6/3).
Menurut dia, jika rupiah terus melemah, ongkos produksi dipastikan bertambah. Sebab, harga bahan baku kedelai yang mengandalkan pasokan impor otomatis ikut melonjak. Dampaknya, harga tahu dan tempe ke pembeli terkerek.
Dia menuturkan, sepekan ini harga kedelai impor naik, dari Rp 8.000 menjadi Rp 8.500 per kilogram. Padahal, stok kedelai tersebut dibeli sebelum nilai tukar melemah. ’’Jika nanti rupiah terus melemah, jelas harga kedelai akan lebih mahal,’’ ujarnya.
Dia mengaku biasanya membeli langsung kedelai impor sebanyak 10 ton. Sekitar 3 kuintal di antaranya kemudian diolah menjadi tempe setiap hari. Jika harga kedelai terus naik, Zaini mengaku tidak punya pilihan untuk menaikkan harga jual tempe produksinya.
’’Saya tak mau mengecilkan ukuran. Jadi, (harga tempe) untuk ukuran 30 x 20 sentimeter (cm) saya naikkan dari Rp 30 ribu menjadi Rp 35 ribu. Tetapi, biasanya pedagang yang mengatur besarannya ke konsumen. Entah dipotong lebih kecil agar harga jualnya tetap atau yang lain,’’ paparnya.
Dia memastikan, kenaikan harga tempe akan berpengaruh pada penjualan. Zaini menyebut, ada penurunan penjualan 5–10 persen. ’’Sebab, yang (harganya) naik kan tidak hanya tempe. Beras dan elpiji juga. Jadi, banyak konsumen yang mengurangi pembelian,’’ tuturnya.  
Akhmad Mufid, 42, produsen tempe di Gempeng, Bangil, Kabupaten Pasuruan, juga mengeluhkan terus melemahnya rupiah. ’’Jelas sangat berpengaruh karena kedelai yang menjadi bahan baku produksi kami adalah jenis impor. Jadi, kalau dolar naik, dipastikan harga kedelai juga akan lebih mahal,’’ ungkapnya.
Untuk menyiasati makin mahalnya harga kedelai, Mufid memilih untuk mengecilkan ukuran tempe produksinya agar harga jual ke pedagang tetap.
Misalnya, mengurangi ukurannya hingga 1 cm. ’’Harga jual kami tetap. Hanya, ukurannya diperkecil agar para pembeli tidak merasa harga tempe naik,’’ ujarnya.(Juft/Jpnn)

Dari permasalahan diatas kami  mencoba memberikan kesimpulan pada artikel tersebut :

Tingginya biaya produksi dapat terjadi dalam beberapa hal baik dari segi nasional maupun internasional. Salah satu permasalahannya adalah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar yang semakin terpuruk akhir-akhir ini, hal tersebut berdampak secara langsung bagi produsen yang memakai bahan baku dari luar negeri atau impor. Dari melemahnya rupiah mengakibatkan mahalnya biaya bahan baku yang mengakibatkan tingginya biaya poduksi, sehingga berdampak langsung bagi pengusaha tersebut.
Karena biaya produksi meningkat maka para penjual khususnya penjual tempe menaikan harga jual mereka dan mengurangi produksi mereka agar tidak mengalami kerugian, salah satunya membuat ukuan tempe lebih kecil dari biasanya. Hal ini akan meresahkan masyarakat.
Solusi yang dapat diberikan penulis adalah supaya pemerintah dapat menstabilkan nilai tukar rupiah dan dapat menurunkan inflasi, pemerintah harus sigap dalam menghadapi problematika ekonomi yang melanda. Pemerintah juga bisa memberikan subsidi atau dapat menemukan cara lain agar tidak bergantung pada produk impor dengan cara memperbanyak produksi kacang kedelai dalam negeri.

Sumber :

http://www.konfrontasi.com/content/ekbis/di-era-presiden-jokowi-rupiah-lemah-ukuran-tempe-makin-mini








Minggu, 05 Juni 2016

TUGAS SOFTSKILL " TINGKAT INFLASI YANG TERJADI DI NEGARA PERU"



Tingkat Inflasi Yang Terjadi di Negara Peru



Nama Kelompok :

1.      Annisa Zuhrotul Jannah          (20212985)

2.      Herna Setia                             (23212439)

3.      Puspita Ratna Dewi                (25212742)

4.      Rendi Tamsi Pratama              (28212186)

 

Kelas               : 4EB25

 

 

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS GUNADARMA

2016



Tingkat Inflasi Yang Terjadi di Negara Peru


·         Sejarah Singkat Negara Peru

Peru adalah sebuah negara di barat Amerika Selatan. Hal ini berbatasan di utara dengan Ekuador
dan Kolombia, di sebelah timur oleh Brasil, di tenggara oleh Bolivia, di selatan oleh Chili, dan di sebelah barat dengan Samudera Pasifik.Wilayah Peru adalah rumah bagi budaya kuno yang membentang dari Norte Chico peradaban, salah satu yang tertua di dunia, dengan Kekaisaran Inca, negara terbesar di Pre-Columbian Amerika. Kerajaan Spanyol menaklukkan wilayah tersebut pada abad ke-16 dan mendirikan Viceroyalty, yang termasuk sebagian besar koloni Selatan yang Amerika. Setelah mencapai kemerdekaan pada tahun 1821, Peru telah mengalami masa-masa kerusuhan politik dan krisis fiskal serta periode stabilitas dan kemajuan ekonomi.
Peru adalah sebuah republik demokrasi perwakilan dibagi menjadi 25 wilayah. Geografi
bervariasi dari dataran kering pantai Pasifik ke puncak Pegunungan Andes dan hutan tropis Amazon Basin. Ini adalah negara berkembang dengan skor Indeks Pembangunan Manusia yang tinggi dan tingkat kemiskinan sekitar 28,7 persen. Kegiatan utamanya ekonomi meliputi pertanian, perikanan, pertambangan, dan manufaktur produk-produk seperti tekstil.

Populasi Peru, diperkirakan 29,5 juta, adalah multietnis, termasuk Amerindian, Eropa, Afrika, dan Asia. Bahasa lisan utama adalah Spanyol, meskipun sejumlah besar Peru berbahasa Quechua atau bahasa pribumi lainnya. Ini campuran tradisi budaya telah menghasilkan keanekaragaman ekspresi dalam bidang-bidang seperti seni, masakan, sastra, dan musik.
Peru di barat Amerika Selatan, meluas selama hampir 1.500 mil ( 2.414 km ) di sepanjang Samudera Pasifik . Kolombia dan Ekuador adalah di utara , Brasil dan Bolivia di timur , dan Chile ke selatan. Lima perenam ukuran Alaska , Peru dibagi oleh Pegunungan Andes menjadi tiga zona tajam dibedakan . Ke barat adalah pantai , banyak yang kering, memperluas 50 sampai 100 mil (80-160 km) daratan . Daerah pegunungan , dengan puncak lebih dari 20.000 kaki ( 6.096 m) , dataran tinggi tinggi, dan lembah, terletak terpusat. Di luar pegunungan di timur adalah kemiringan berhutan yang mengarah ke dataran Amazon.

Inflasi                                                                
Peru merupakan salah satu negara yang mengalami hiperinflasi dalam kurun Juli 1990 hingga Agustus 1990 dengan inflasi 5% membuat harga barang melonjak dua kali lipat setiap 13 hari, 2 jam.
Menurut sejarahnya, hiperinflasi terjadi karena pertempuran panjang. Ini menjadi inflasi kedua di abad ke-20. Selama paruh pertama tahun 1980-an, Presiden Peru pada masa itu Fernando Belaunde dihadapkan dengan kebijakan penghematan yang diberlakukan pemberi pinjaman IMF menyusul krisis keuangan Amerika Latin yang dimulai di awal dekade.

Kebijakan Awal Presiden Alberto Fujimori
Terpilihnya Alberto Fujimori sebagai presiden Peru pada tahun 1990 merupakan bentuk ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan sebelumnya yaitu Gracia. Dengan terpilihnya Fujimori rakyat Peru berharap dapat keluar dari krisis ekonomi. Pada saat kampanye, Alberto Fujimori menekankan bahwa kebijakan ekonomi yang akan diambilnya nanti jika terpilih, adalah kebijakan yang memihak pada rakyat kecil Hal tersebut menyebabkan dukungan kepada Fujimori banyak yang datang dari masyarakat bawah. Ketika menjabat sebagai presiden, Fujimori mendapatkan kenyataan bahwa ia dihadapkan pada masalah ekonomi yang begitu pelik, tingkat inflasi yang tinggi mencapai sekitar 2.775%, defisit anggaran, sampai hutang luar negeri yang melimpah sampai sebesar 24 milyar US dollar yang masih menunggak dan hutang yang sudah jatuh tempo terhadap IMF sebesar 2 milyar US dollar, ditambah krisis kepercayaan dari badan keuangan internasional dalam memberikan bantuan serta, sulitnya mencari investor asing yang baru akibat buruknya iklim investasi ditambah situasi keamanan saat itu yang kurang kondusif. Dalam persepsinya untuk mengatasi berbagai krisis tersebut beberapa minggu setelah kemenangannya dalam pemilu 1990, Fujimori melakukan lawatan ke Washington dan Tokyo guna mendapatkan dukungan serta bantuan dana. Hasil dari kunjungan tersebut menyiratkan bahwa komunitas keungan internasional tidak akan memberikan pinjaman lagi kecuali Fujimori bersedia untuk mengubah kondisi ekonomi yang ada pada saat itu, Fujimori kemudian mengajukan usulan guna melunasi kembali pinjaman luar negerinya. Sesampainya di Peru Fujimori menggebrak dengan menunjukan kebijakan ekonominya dengan istilah Fujishock policy.
Berbeda dengan janji yang diucapkannya selama kampanye, kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh Fujimori ternyata berlawanan dengan apa yang telah ia janjikan. Beberapa hari setelah pengangkatannya, Fujimori mengeluarkan kebijakan ekonomi yang radikal dalam upayanya dsmengatasi krisis yang terjadi di Peru. Fujishock meliputi melaksanakan privatisasi secara besar besasran, dihapuskannya subsidi dan control harga pada barang barang seperti makanan, minya dan barang barang impor. Selain itu juga mengurangi hambatan hambatan perdagangan seperti pajak, kuota ekspor dan tarif, memotong pengeluaran pemerintah, serta melakukan liberalisasi terhadap nilai tukar mata uang asing.
Kebijakan Pemerintah Peru dalam Mengatasi Krisis Ekonomi
Kebijakan moneter menjadi salah satu pilihan dalam mengahadapi hyper inflasi yang dialami Peru. Hal ini dikarenakan deficit anggaran dianggap sebagai pemicu dari timbulnya hyper inflasi di akhir tahun 1980an. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi).
Langkah awal yang digunakan adalah melepaskan kontrol harga dan subsidi. Kestabilan moneter diharapkan tercipta dengan membuat Bank sentral independen dan berkomitmen untuk melakukan beberapa tindakan moneter yang bias menekan inflasi. Inflasi tahunan turun dari 7650% pada 1990 menjadi 139% di tahun 1991, dan turun lagi menjadi 57% pada tahun 1992. Tingkat inflasi terus menurun meskipun tidak bias mengikuti harapan IMF sebesar 25% pada tahun 1993, namun penurunan inflasi ini masih bias ditingkatkan. Cadangan devisa Netto yang dimiliki oleh Bank Sentral meningkat dari sebelumnya minus 105 juta US dollar pada juli 1990 menjadi 2.32 milyar US dollar pada april 1993. Sejalan dengan komitmen Bank untuk mencegah inflasi, maka tingkat penyediaan uang diatur sedikit sekali, dan tentu saja lebih sedikit dari jumlah inflasi bulanan. Pada saat yang bersamaan, system cadangan yang dibutuhkan, digunakan untuk membantu meningkatkan nilai Nuevo Sol. Ketika bank- bank komersial menawarkan tingkat suku bunga tinggi pada penyimpanan dollar, Bank sentral mencoba menahannya dengan menaikkan nilai deposit sebanyak 50% pada dollar dan menurunkan nilai dposit Nuevo sol menjadi 15% saja.
Kebijakan Tarif
Perubahan pada sistem tarif adalah merupakan indikasi yang paling jelas dari determinasi pemerintahan Fujimori dalam melepaskan kaitannya dengan rezim terdahulu. Dalam menjalankan kekuasaannya, pemerintahan Fujimori mempersiapkan berbagai tugas guna menghapuskan ketidakefisienan dan pemborosan campur tangan Negara yang diciptkan oleh Gracia. Struktur tariff impor disederhanakan secara besar-besaran. Jumlah tingkat tariff yang dikenakan pada nilai impor ad volarem CIF (cost, insurance and freight) dikurangi dari 56% menjadi 2-15% dan 25%. Kebanyakan barang dikenakan tariff sebesar 15% dan 25% untuk barang-barang konsumsi.
Kebijakan Fiskal
Langkah pertama yang diambil yaitu menyederhanakan sistem. Presiden alberto Fujimori mengurangi jumlah pajak yang dibebankan kepada masyarakat, dengan jaminan bahwa penerimaan Negara dari sektor pajak tidak boleh melebihi 12% dari GDP 1991. Jumlah pajak berkurang dan kini hanya ada lima pajak yang ditarik oleh negara, yaitu:
·         Pajak penjualan
·         Pajak barang konsumsi pilihan
·         Pajak pendapatan
·         Pajak perusahaan
·         Pajak impor
Selain dari pajak-pajak tersebut, masih terdapat penarikan-penarikan yang dilakukan pemerintah guna menambah anggaran Negara. Salah satu contohnya yaitu penarikan yang dikenakan pada pendapatan (berkisar antara 5 sampai 20%) yang diumumkan pada awal juni 1991. Pajak ini dikumpulkan guna membayar pengeluaran tambahan di paruh tahun kedua yang digunakan untuk membayar peningkatan gaji pegawai negeri. Cara ini mendapat tantangan keras dari kongres. Selain menyederhanakan sistem pajak, Alberto Fujimori juga melakukan pengaturan ulang terhadap badan administrasi pajak, Superintendency of Tax Administration. Jaringan pengawasan ditingkatkan dan kekuasaan Superintendency of Tax Administration diperbesar. Perubahan ini akhirnya terwujud setelah memakan waktu kurang lebih dua tahun, dan akhirnya disahkan pada desember 1992 melalui Undang-Undang Rasionalisasi sistem pajak nasional serta penghapusan hak istimewa dan penyuapan.
Kondisi Ekonomi
Peru mengadopsi sistem ekonomi yang berorientasi pasar dibawah pemerintahan presiden alberto Fujimori. Hal ini bertujuan untuk menyehatkan kembali perekonomian Peru akibat inflasi yang berkepanjangan serta depresi yang berlangsung secara bersamaan pada awal pemerintahannya. Industri yang terdapat di peru antara lain : tambang logam, minyak, perikanandan minyak. Pada sektor pertanian, komoditas pertanian utama peru adalah asparagus, kopi, kapas, beras, kentang, jagung, anggur, pisang, daging sapi, produk-produk susu, ikan . Salah satu hasil kebijakan reformasi ekonomi yang dibawa oleh Fujimori adalah meningkatnya nilai pertumbuhan investasi asing sampai lima kali lipat sejak 1990.
Ekspor Peru mencapai nilai sebesar 23,75 milyar US dollar(estimasi 2006) dengan komoditas ekspor utama ada pada perak, tembaga, minyak mentah dan produk minyak olahan, kopi, kentang, asparagus, tekstil. Negara utama yang mengimpor dari peru berdasarkan presentasenya adalah Amerika serikat 24,1%, China 9,6%, Swiss 7,1%, Kanada 6,8%, Cili 6%, Jepang 5,2%.

Sumber:
http://catyhaveablog.blogspot.co.id/2015/06/inflasi-di-negara-peru.html

Minggu, 17 April 2016

SEJARAH dan PROFIL PT. UNILEVER INDONESIA

TUGAS SOFTSKILL
SEJARAH dan PROFIL PT. UNILEVER INDONESIA



DISUSUN OLEH
HERNA SETIA (23212439)


AKUNTANSI INTERNASIONAL
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016


Profil, Sejarah dan Modal Awal PT. UNILEVER INDONESIA
Sejarah dari PT. Unilever
Misi korporasi Unilever adalah untuk meningkatkan vitalitas hidup. Hal ini menunjukkan bagaimana perusahaan benar-benar memahami pelanggan abad 21 dan kehidupan mereka. PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3.
Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini  disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39. Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981.
Pada Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003, para pemegang saham menyepakati pemecahan saham, dengan mengurangi nilai nominal saham dari Rp 100 per saham menjadi Rp 10 per saham. Perubahan ini dibuat di hadapan notaris dengan akta No. 46 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan keputusan No. C-17533 HT.01.04-TH.2003.
Perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan produk-produk kosmetik.
Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada tanggal 13 Juni, 2000, yang dituangkan dalam akta notaris No. 82 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 14 Juni 2000, perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan memberi jasa-jasa penelitian pemasaran. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan (dahulu Menteri Kehakiman) Republik Indonesia dengan keputusan No. C-18482HT.01.04-TH.2000. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1933.
Pada tanggal 22 November 2000, perusahaan mengadakan perjanjian dengan PT Anugrah Indah Pelangi, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT Anugrah Lever (PT AL) yang bergerak di bidang pembuatan, pengembangan, pemasaran dan penjualan kecap, saus cabe dan saus-saus lain dengan merk dagang Bango, Parkiet dan Sakura dan merk-merk lain atas dasar lisensi perusahaan kepada PT Al.
Pada tanggal 3 Juli 2002, perusahaan mengadakan perjanjian dengan Texchem Resources Berhad, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT Technopia Lever yang bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor barang-barang dengan menggunakan merk dagang Domestos Nomos. Pada tanggal 7 November 2003, Texchem Resources Berhad mengadakan perjanjian jual beli saham dengan Technopia Singapore Pte. Ltd, yang dalam perjanjian tersebut Texchem Resources Berhad sepakat untuk menjual sahamnya di PT Technopia Lever kepada Technopia Singapore Pte. Ltd.
Dalam Rapat Umum Luar Biasa perusahaan pada tanggal 8 Desember 2003, perusahaan menerima persetujuan dari pemegang saham minoritasnya untuk mengakuisisi saham PT Knorr Indonesia (PT KI) dari Unilever Overseas Holdings Limited (pihak terkait). Akuisisi ini berlaku pada tanggal penandatanganan perjanjian jual beli saham antara perusahaan dan Unilever Overseas Holdings Limited pada tanggal 21 Januari 2004. Pada tanggal 30 Juli 2004, perusahaan digabung dengan PT KI. Penggabungan tersebut dilakukan dengan menggunakan metoda yang sama dengan metoda pengelompokan saham (pooling of interest). Perusahaan merupakan perusahaan yang menerima penggabungan dan setelah penggabungan tersebut PT KI tidak lagi menjadi badan hukum yang terpisah. Penggabungan ini sesuai dengan persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam suratnya No. 740/III/PMA/2004 tertanggal 9 Juli 2004.
Pada tahun 2007, PT Unilever Indonesia Tbk. (Unilever) telah menandatangani perjanjian bersyarat dengan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (Ultra) sehubungan dengan pengambilalihan industri minuman sari buah melalui pengalihan merek “Buavita” dan “Gogo” dari Ultra ke Unilever. Perjanjian telah terpenuhi dan Unilever dan Ultra telah menyelesaikan transaksi pada bulan Januari 2008.
Unilever mempunyai 6 pabrik di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Bekasi, serta 2 pabrik di Kawasan Industri Rungkut, Surabaya, Jawa Timur, dengan kantor pusat di Jakarta. Kantor Cabang PT Unilever Indonesia Tbk Semarang:
Alamat: Jl Letjen S Parman No 57 Candi,
Gajah Mungkur Semarang 50232 Jawa Tengah
Nomor Telepon: (024) 8504940, 8312825. Fax: (024) 8504942.
Emil: secr_semarang.indonesia@unilever.com
Website: www.unilever.co.id
Berikut adalah Kronologi dari Perusahaan :
1920-30    Import oleh van den Bergh, Jurgen and Brothers
1933         Pabrik sabun – Zeepfabrieken NV Lever – Angke, Jakarta
1936         Produksi margarin dan minyak oleh Pabrik van den Bergh NV
     Angke, Jakarta
1941         Pabrik komestik – Colibri NV, Surabaya
1942-46    Kendali oleh unilever dihentikan  (Perang Dunia II)
1965-66    Di bawah kendali pemerintah
1967         Kendali usaha kembali ke Unilever
berdasarkan undang-undang penanaman modal asing
1981         Go public dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta
1982         Pembangunan pabrik Ellida Gibbs di Rungkut, Surabaya
1988         Pemindahan Pabrik Sabun Mandi dari Colibri ke Pabrik Rungkut,
     Surabaya
1990         Terjun di bisnis teh
1992         Membuka pabrik es krim
1995         Pembangunan pabrik deterjen dan makanan di Cikarang, Bekasi
1996-98    Penggabungan instalasi produksi – Cikarang, Rungkut
1999         Deterjen Cair NSD – Cikarang
2000         Terjun ke bisnis kecap
2001         Membuka pabrik teh – Cikarang
2002         Membuka pusat distribusi sentral Jakarta
2003         Terjun ke bisnis obat nyamuk bakar
2004         Terjun ke bisnis makanan ringan
2005         Membuka pabrik sampo cair – Cikarang
2008         Terjun ke bisnis minuman sari buah
2010         Perusahaan memasuki bisnis pemurnian air dengan meluncurkan Pureit
2011         Perusahaan mendirikan pabrik sabun mandi Dove di Surabaya
sekaligus memperluas pabrik es krim Wall’s dan Skin Care di Cikarang
Modal Awal Pemegang Saham
Unilever Indonesia “go public” dan tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak 11 Januari 1982.  Jumlah saham yang diterbitkan sebanyak 7.630.000.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp 10,-. Per akhir 2012, Unilever Indonesia menempati urutan ke tujuh terbesar untuk kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia.
Struktur modal
  • Modal Dasar                      : Rp 76.300.000.000
  • Modal yang Ditempatkan : Rp 76.300.000.000
  • Modal Disetor                   : Rp 76.300.000.000
  • Nilai Nominal per saham  : Rp 10




Pencatatan Saham di Bursa Efek Indonesia:
Tanggal
Tindakan Korporasi
Jumlah Saham
11 Januari 1982
Penawaran Umum
9,200,000
15 Desember 1989
Saham Bonus (Kapitalisasi dari
selisih penilaian kembali aset tetap)
1,533,334
22 September 1933
Saham bonus (kapitalisasi dari agio
saham)
717,891
2 Januari 1998
Saham Pendiri
64,848,775
6 November 2000
Pemecahan saham (nilai nominal Rp
1.000 menjadi Rp 100)
686,700,000
3 September 2003
Pemecahan saham (nilai nominal Rp
1.000 menjadi Rp 10)
6,867,000,000
12 November 2008
Pengalihan kepemilikan saham dari
Mavibel (Maatschappij voor
Internationale Beleggingen) kepada
Unilever Indonesia Holding B.V.,
the Netherlands
6,484,877,500
Pemegang Saham:
Unilever Indonesia Holding B.V. memiliki 6,484,877,500 saham atau setara 85% dari total jumlah saham UNVR. Publik memiliki 1,145,122,500 saham (15%).








Berikut beberapa produk Unilever :







Visi dari Perusahaan
Produk Unilever menyentuh sekitar 2 milyar orang, baik itu melalui perasaan yang luar biasa karena mereka memiliki rambut kemilau, membuat rumah yang bersih atau dengan snack yang sehat. Untuk meraih rasa cinta dan penghargaan dari Indonesia dengan menyentuh kehidupan setiap orang Indonesia setiap harinya.
Misi dari Perusahaan
  • Bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari.
  • Membantu konsumen merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati hidup melalui brand dan layanan yang baik bagi mereka dan orang lain.
  • Menginspirasi masyarakat untuk melakukan langkah kecil setiap harinya yang bila digabungkan bisa mewujudkan perubahan besar bagi dunia.
  • Senantiasa mengembangkan cara baru dalam berbisnis yang memungkinkan kami tumbuh dua kali lipat sambil mengurangi dampak terhadap lingkungan.

Tujuan & prinsip

Standar tertinggi dari perilaku korporat terhadap setiap orang yang bekerja dengan kami, komunitas yang kami sentuh dan lingkungan yang terdampak dari pekerjaan kami.

Selalu bekerja dengan integritas

Beroperasi dengan integritas dan rasa hormat pada orang-orang, sentuhan bisnis kami pada organisasi dan lingkungan selalu menjadi pusat dari tanggung jawab corporate kami.

Dampak Positif

Kami bertujuan memberikan dampak positif dengan berbagai cara: melalui brand kami, melalui kegiatan komersial dan hubungan kami, melalui kontribusi sukarela, serta berbagai cara lain dimana kami berhubungan dengan masyarakat.

Komitmen yang berlanjut

Kami juga berkomitmen untuk terus meningkatkan cara dalam menangani dampak lingkungan dan bekerja dengan tujuan jangka panjang kami dalam mengembangkan bisnis yang berkelanjutan.

Menjalankan aspirasi kami

Tujuan corporate kami telah memberikan aspirasi bagi kami untuk mengelola bisnis. Hal ini diperkuat peraturan kami dalam prinsip-prinsip bisnis yang menjelaskan standar operasional yang diikuti semua karyawan Unilever, dimanapun mereka berada diseluruh dunia. Aturan ini juga mendukung pendekatan kami pada pemerintah serta tanggung jawab corporate.

Bekerja dengan yang lain

Kami ingin bekerja dengan para penyedia sumber daya yang memiliki nilai dan standar yang sama dengan kami dalam bekerja. Peraturan tentang rekanan bisnis, sejalan dengan peraturan prinsip bisnis kami, terdiri dari sepuluh prinsip yang meliputi integritas bisnis dan tanggung jawab yang berhubungan dengan karyawan, konsumen dan lingkungan.
KEKUATAN
  1. Strategi promosi produk unilever yang efektif dengan menampilkan model-model yang tipikal muda, berkulit putih, berambut panjang sehingga memacu konsumen (lebih spesifik perempuan) untuk membeli produk tersebut agar dapat mengalami sendiri hasil yang diterima di model dalam iklan tersebut.
  2. Unilever gencar di misi sosial, sehingga kedekatan dengan konsumen dapat terus terjaga. Hal ini terlihat dari pembelanjaan iklan dan promosi yang telah mendorong pertumbuhan penjualan di tengah pasar yang kompetitif. PT Unilever Indonesia sebagai salah satu perusahaan dengan belanja iklan terbesar menurut majalah marketing (Top Brand Survey, edisi khusus 2007).
  3. Unilever mempunyai moto "Operational excellence with no compromise on quality". Unilever dalam menjalankan operasinya dijalankan dengan baik tanpa mengabaikan kualitas produk.
  4. Pemimpin pasar consumer goods di Indonesia.
  5. Memiliki tim yang terdiri dari orang-orang berdedikasi, terampil, dan termotivasi di segenap jajaran.
  6. Adanya kenaikan pangsa pasar untuk kategori-kategori penting seperti face care, savoury, dan ice cream.
  7. Perencanaan yang baik dan kerja sama yang erat dengan para pemasok, konsumen, dan distributor untuk menghantar produk-produk dari pabrik ke tempat-tempat penjualan.
  8. PT Unilever Indonesia tbk sudah memiliki jaringan distribusi sendiri sehingga distribusi produknya hingga ke daerah-daerah dapat terlayani.
KELEMAHAN
  1. Struktur matriks yang dimiliki PT Unilever mempunyai beberapa tantangan yang harus dihadap perusahaan yaitu pertama, sulitnya koordinasi kegiatan antar departemen yang mempunyai agenda dan jadwal sendiri. Kedua, komunikasi pada karyawan yang bisa menerima pesan-pesan yang berbeda-beda. Ketiga, resolusi konflik antar insiatif dari dukungan departemen (SDM, keuangan, dan lain-lain) dengan departemen lini produk yang biasanya sangat berorientasi komersial.
  2. Rendahnya respon pasar terhadap produk-produk tertentu.
  3. Jumlah karyawan yang tambun.
  4. Birokrasi yang panjang karena kebijakan sentralisasi yang menyebabkan unilever Indonesia tidak bisa begitu saja memutuskan sesuatu.
  5. Lambatnya konsolidasi intern dalam pengambilan keputusan.
  6. Ketidakjelasan sertifikat halal untuk produk-produk tertentu.
  7. Mayoritas produk unilever memiliki entry barrier rendah.
  8. Growth omzet penjualan dibawah rata-rata industri.

Yayasan Unilever Indonesia

Yayasan Unilever Indonesia adalah sarana utama dalam mengimplementasikan Unilever Sustainable Living Plan di Indonesia. Tonggak sejarah dimulai pada 27 November 2000. Misi dari Yayasan Unilever Indonesia adalah untuk mencari dan memberdayakan potensi masyarakat, memberikan nilai tambah bagi masyarakat, menyatukan kekuatan dengan mitra-mitranya dan bertindak sebagai katalis untuk pembentukan kemitraan. Ide-ide pembangunan berkelanjutan dan tumbuh bersama dengan masyarakat tidak bisa dipisahkan dari konsep visioner mantan Chairman dan CEO Unilever Indonesia dari tahun 1998 hingga 2003, Nihal Kaviratne. Sebagai pemimpin perusahaan, ia sangat memperhatikan upaya untuk membangun budaya perusahaan melalui transformasi organisasi dan perubahan, serta tata kelola perusahaan dan tanggung jawab sosial perusahaan. Pada saat itu, program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Unilever masih tidak merata dan tidak terintegrasi. Akibatnya, hasil jauh dari optimal, apalagi berkelanjutan. Kemudian Yayasan didirikan dan diberi tugas untuk melakukan CSR secara terpadu.
SUMBER :